Pages

Jumat, 01 Maret 2013

Kisah Nabi Muhammad


MASA KANAK-KANAK
Menurut sebagian besar ulama, Muhammad (SAW) dilahirkan di kota Makkah pada Senin pagi di hari ke-sembilan bulan Rabiul Awal (kira-kira tanggal 20 atau 22 April 571 M), kira-kira 50 atau 55 hari setelah peristiwa kehancuran pasukan bergajah yang sedang bergerak menuju Baitullah di kota Makkah. Kakek beliaulah yang memberikan nama Muhammad (SAW). Beliau adalah bagian dari suku Quraisy yang dihormati. Namun demikian, keluarga beliau sangatlah miskin. Ayahanda beliau, Abdullah, telah wafat sebelum beliau dilahirkan.
IBU-SUSU
Sesuai dengan tradisi Arab, sekelompok perempuan dusun datang ke kota Makkah untuk menjual jasa menyusui bayi. Kebanyakan dari mereka mencari bayi dari keluarga kaya. Tak satupun dari mereka peduli untuk menyusui bayi Muhammad (SAW) lantaran ia yatim dan dari keluarga yang sangat miskin. Akhirnya, Halimah bersedia menjadi ibu-susunya dengan harapan keluarganya dapat membina hubungan baik dengan suku Quraisy.
Dalam perjalannya kembali kerumah, banyak hal istimewa yang dialaminya;
1. Keledai kurus dan lemah yang dikendarai Halimah dan bayi Muhammad (SAW) berubah menjadi kuat dan cepat langkahnya, sehingga meninggalkan rombongannya jauh di belakang.
2. Halimah ketika itu sedang tidak keluar air-susunya, sehingga anaknya sendiri pun menangis semalaman karena tak mandapatkan air susu. Ketika ia memberikan giliran menyusui kepada bayi Muhammad (SAW) ia dapati air-susunya mencukupi untuk diberikan kepada bayi Muhammad (SAW) dan juga untuk anaknya sendiri. Setelah itu kedua bayi itupun tertidur nyenyak.
3. Onta betina milik Halimah pun telah beberapa hari tidak menghasilkan air susu. Setelah diambilnya bayi yatim Muhammad (SAW) sebagai bayi-susuannya, suami Halimah mendapati bahwa onta betina mereka begitu banyak mengeluarkan air susu. Halimah dan suaminya pun meminum susu onta ini hingga kenyang sehingga mereka bisa tidur nyenyak.
4. Lahan mereka yang biasanya tandus ditumbuhi rerumputan menghijau sehingga ternak mereka bisa merumput sebanyak-banyaknya. Telah banyak keberkahannya Bayi Muhammad (SAW) bagi keluarga ini. Setelah berumur dua tahun, sang bayi diantarkan kembali kepada ibundanya. Kepada Aminah, ibunda Muhammad (SAW), mereka meminta ijin untuk diperbolehkan mengasuh sang bayi di pedesaan selama dua atau tiga tahun lagi. Aminah menyetujui permintaan mereka.
Disebutkan dalam hadits Muslim, diriwayatkan oleh Anas (RA), suatu hari si kecil Muhammad (SAW) sedang bermain bersama anak-anak sebayanya. Malaikat Jibril (AS) datang, membelah dada Muhammad (SAW) dan mengeluarkan hatinya. Jibril membuang sebuah gumpalan darah seraya berkata, "Gumpalan ini adalah bagian dari setan yang ada pada dirimu." Selanjutnya Jibril (AS) mencuci hati itu dengan air Zam-Zam kemudian mengembalikannya ke dalam dada Muhammad (SAW). Teman-teman bermain Muhammad (SAW) mengadukan kepada Halimah bahwa seseorang telah membunuh Muhammad (SAW). Halimah pun bergegas menuju tempat anak-anak itu bermain dan mendapati Muhammad (SAW) dalam keadaan baik-baik saja, hanya saja nampak pucat. Setelah kejadian ini Halimah menjadi selalu khawatir atas keselamatan anak asuhnya ini. Maka iapun mengembalikan Muhammad (SAW) kepada Ibundanya.
ANAK YATIM YANG LEMAH
Muhammad (SAW) tinggal bersama ibundanya hingga mencapai usia 6 tahun. Aminah tak memiliki apapun untuk menghidupi diri dan anaknya. Iapun pulang ke kota Madinah, tempat dimana keluarganya tinggal agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka ala kadarnya. Di Madinah, Aminah jatuh sakit. Tak berapa lama berselang iapun wafat dan dimakamkan di sebuah dusun bernama Abwa.
Jadilah Si kecil Muhammad (SAW) yatim-piatu. Ia pun sedih, menyendiri dan tak ada gairah bermain dengan teman-temannya. Selera makannya pun hilang dan kian hari kian bertambah lemah. Para sanak-saudaranya mengantarkannya kepada kakeknya, Abdul Muththalib. Sang kakek meninggal dunia di usia 110 Tahun. Sekali lagi Muhammad (SAW) kecil kembali tanpa daya di usianya yang ke-10. Pengasuhan dirinya dilanjutkan oleh sang Paman Abu Thalib di rumahnya.
Abu Thalib dikenal sebagai orang baik dan salah seorang pemuka suku Quraisy. Namun ia pun sangat miskin sehingga tak mampu menanggung beban keluarganya yang besar. Muhammad (SAW) terpaksa mencari pekerjaan sebagai buruh; di usianya yang baru sepuluh tahun; agar dapat menghidupi dirinya sendiri. Mulailah ia menjadi penggembala ternak milik orang lain, di daerah gurun Makkah yang amat sangat panas. Ia makan dari tetumbuhan liar yang terdapat di gurun dan meminum susu dari kambing atau domba yang di gembalakannya. Dengan bertelanjang kaki dan mengenakan pakaian yang tak cukup untuk sekedar menutupi tubuhnya, ia habiskan waktu seharian di gurun pasir. Biasanya ia kembali ke rumah sang paman di malam hari untuk sejenak bermalam disana.
Di gurun pasir itulah ia menghayati bentuk alamiah dari kehidupan. Kesulitan hidup, kesendirian, dan rasa tanggung-jawab menjadikannya lebih matang daripada usianya. Sang paman yang pedagang terkesan dengan kecerdasan dan kematangan keponakannya. Maka ketika Muhammad (SAW) berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya dalam perjalanan dagang ke Syria.
SARAN SEORANG PENDETA
Ketika kafilah dagang mereka sampai di kota Basra di wilayah Syria Besar, seorang pendeta terkenal di masa itu, Buhairah, menghampiri Abu Thalib dan mengatakan, "Aku mengenali anak muda ini, sebagai sosok yang kelak akan dinobatkan sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal ini tetulis jelas dalam kitab-kitab kami." Buhairah selanjutnya menyarankan kepada Abu Thalib, “Lindungi anak muda ini dari orang-orang Yahudi, lebih baik bawa ia kembali ke Makkah.”Abu Thalib menuruti saran sang pendeta tersebut.
REMAJA TELADAN
Kala itu belum ada sistem kepolisian maupun peradilan. Masing-masing suku menyelesaikan persoalan diantara mereka menurut cara mereka sendiri. Jika suku yang lemah diperlakukan sewenang-wenang oleh seorang dari suku yang berkuasa, suku yang lemah hanya bisa terdiam seribu-basa. Sebagai contoh, seorang lelaki kaya mengambil paksa anak perempuan pengunjung Makkah yang miskin, maka sang ayah tidak mempunyai jalan keluar untuk mendapatkan kembali anak gadisnya.
Remaja Muhammad (SAW) tidak senang dengan kekacauan tatanan demikian. Dikumpulkannya beberapa pemuda dan dibentuknya satuan sukarelawan untuk melawan kejahatan. Mereka memberi dukungan kepada suku-suku yang miskin dan lemah. Kelompok ini sangat berhasil dalam mencapai berbagai tujuan/sasarannya. Hal ini bukanlah sebuah langkah biasa. Langkah ini dengan cepat membawa perubahan total pada tatanan peradilan di Makkah, dan penghargaan masyarakat pun tertuju kepada remaja Muhammad (SAW).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About